Polemik Doa Bunda Neno - Bukan Doa Perang Tapi Perang Doa oleh Balya Nur
Berdoa sudah tidak nyaman lagi.
Berdoa kan permintaan hamba kepada Tuhan.
Minta apa saja asal mintanya kepada Tuhan, bukan kepada batu, pohon, atau benda lainnya.
Soal dikabulkan atau tidak, terserah pada yang maha pemberi.
Jadi, kalau minta sebuah doa harus diralat, ya terserah yang berdoa. Mau meralat atau tidak.
Lihat juga: Menjawab Pidato TGB
Atau kalau ada yang memprotes sebuah doa, ya rada aneh saja.
Kenapa nggak berdoa saja sendiri sesuai dengan keinginannya.
Romi bilang, berdoa harus bikin sejuk bukan malah bikin panas.
Ya, berdoa saja sendiri.
Kalau misalnya yang dimaksud Romi sejuk adalah minta agar junjungannya dikasih kesempatan dua priode, ya minta saja sendiri kepada Tuhan.
Semudah itu! Kenapa dibikin ribet? Begitulah.
Setelah agak sedikit reda soal doa yang diralat, sekarang ramai lagi protes doa yang disebut mendikte Tuhan, memaksa Tuhan.
Lho, kok seolah “mewakili” Tuhan.
Kalau mereka merasa pendoa kurang ajar pada Tuhan, itu urusan pendoa dengan Tuhan. Kenapa ikut campur?
Bukan cuma muslim yang protes doa bunda Neno Warisman, tapi juga banyak yang nekad lompat pagar.
Non muslim ada juga yang ikutan mengatur, doa harus begini, harus begitu.
Kalau toh harus ribut soal doa, biar saja sesama muslim yang menyelesaikan.
Awalnya, kompakan menuduh bunda Neno kurang ajar pada Tuhan.
Setelah ada pembelaan bahwa doa bunda Neno terinspirasi doa saat perang Badar, bahwa memang ada doa seperti itu, protesnya ganti tema.
PBNU melalaui Robikin Emhas mengingatkan Wakil Ketua Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Neno Warisman untuk tidak mengandaikan pemilihan presiden sebagai perang.
Lha, sewaktu Moeldoko mengibaratkan kampanye pilpres sebagai perang total, nggak ada yang protes tuh…
Karena yang paham soal doa saat perang badar sudah ganti tema protesnya, tersisa orang-orang yang nggak paham doa.
Irma Chaniago bikin puisi balasan atas puisi doa bunda Neno.
Intinya, dia mengadu pada Tuhan, ada hamba Tuhan yang mendikte Tuhan, tidak seperti dirinya yang tidak mendikte Tuhan, tapi memohon.
Seperti sedang mencari muka di hadapan Tuhan.
Lihat juga: Tukang Uninstall di Uninstall
“Wahai yang Maha Memiliki,
Hamba bermunajat sepenuh hati karena Iman, karena ikhlas dan karena ingin mendapat kemurahan hati-Mu,
Ampunkan kami ya rabb, jika ada yang mengatasnamakan munajat untuk mendikte-Mu bahkan mengancam-Mu”
Isi doanya adalah kebalikan doa bunda Neno.
Irma minta agar kubunya Neno jangan sampai menang mengalahkan kubunya Irma. Hadeeh….
“Wahai dzat yang membolak balik kan hati (Ya muqollibal quluubi ) beri mereka yang mengancam-Mu hidayah, beri mereka ilmu dan balik kan hati mereka se-bersih bayi.
Agar mereka berhenti menebar
Benci dan kotor hati.
Ya Al Wadud ..
Jangan Engkau biarkan pemimpin yang sholeh dan yang bersama dengan Ma'ruf didzolimi oleh manusia manusia yang kufur nikmat,
Manusia manusia yang menebar kebencian dan pemutus silaturahim sesama umat hanya karena beda pilihan.
Ya Malik...
Hanya Engkau ber "HAK" atas semua yg Engkau ciptakan
Dan tidak boleh ada satupun yang mengambil HAK-Mu atas keputusan-Mu.
Dia yang pandai memimpin sholat dan Beliau yang Bertauziah untuk umat, beri kami rezeki-Mu ya Rabb.”
Tapi dibandingkan dengan Romi yang cuma protes pada orang yang berdoa, masih mending Irma Chaniago yang berani berdoa sendiri.
Luhut juga belum meralat kritiknya pada doa bunda Neno yang oleh Luhut disebut sabagai Neno bukan berdoa tapi mengancam Tuhan.
Ambil jalan tengah antara Irma dan luhut.
Antara mendikte Tuhan dan mengancam Tuhan, yaitu memaksa Tuhan.
Baiklah silakan Irma dan Luhut perhatikan penggalan doa yang kerap dibaca setelah sholat dhuha ini.
“Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah"
"Apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah"
"Apabila sukar mudahkanlah"
"Apabila haram sucikanlah"
"Apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuhaMu, kekuasaanMu”
Lihat juga: Mana Jalan Tolmu? Ini Jalan Tolku!
Bagaimana Pak Luhut? Bagaimana Bu Irma?
Doa ini memohon kepada Tuhan atau mendikte Tuhan, atau memaksa Tuhan?
Bagaimana mestinya berdoa yang baik itu, wahai Luhut dan Irma?
Admin:
Artikel ini diambil dari status facebook Babeh Balya Nur, dan diterbitkan di Opini Awambicara atas persetujuan dari yang bersangkutan.
Berdoa kan permintaan hamba kepada Tuhan.
Minta apa saja asal mintanya kepada Tuhan, bukan kepada batu, pohon, atau benda lainnya.
Soal dikabulkan atau tidak, terserah pada yang maha pemberi.
Jadi, kalau minta sebuah doa harus diralat, ya terserah yang berdoa. Mau meralat atau tidak.
Lihat juga: Menjawab Pidato TGB
Polemik Doa Bunda Neno
Atau kalau ada yang memprotes sebuah doa, ya rada aneh saja.
Kenapa nggak berdoa saja sendiri sesuai dengan keinginannya.
Romi bilang, berdoa harus bikin sejuk bukan malah bikin panas.
Ya, berdoa saja sendiri.
Kalau misalnya yang dimaksud Romi sejuk adalah minta agar junjungannya dikasih kesempatan dua priode, ya minta saja sendiri kepada Tuhan.
Semudah itu! Kenapa dibikin ribet? Begitulah.
Setelah agak sedikit reda soal doa yang diralat, sekarang ramai lagi protes doa yang disebut mendikte Tuhan, memaksa Tuhan.
Lho, kok seolah “mewakili” Tuhan.
Kalau mereka merasa pendoa kurang ajar pada Tuhan, itu urusan pendoa dengan Tuhan. Kenapa ikut campur?
Bukan cuma muslim yang protes doa bunda Neno Warisman, tapi juga banyak yang nekad lompat pagar.
Non muslim ada juga yang ikutan mengatur, doa harus begini, harus begitu.
Kalau toh harus ribut soal doa, biar saja sesama muslim yang menyelesaikan.
Awalnya, kompakan menuduh bunda Neno kurang ajar pada Tuhan.
Setelah ada pembelaan bahwa doa bunda Neno terinspirasi doa saat perang Badar, bahwa memang ada doa seperti itu, protesnya ganti tema.
PBNU melalaui Robikin Emhas mengingatkan Wakil Ketua Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Neno Warisman untuk tidak mengandaikan pemilihan presiden sebagai perang.
Lha, sewaktu Moeldoko mengibaratkan kampanye pilpres sebagai perang total, nggak ada yang protes tuh…
Karena yang paham soal doa saat perang badar sudah ganti tema protesnya, tersisa orang-orang yang nggak paham doa.
Puisi Irma - Balasan Doa Bunda Neno
Irma Chaniago bikin puisi balasan atas puisi doa bunda Neno.
Intinya, dia mengadu pada Tuhan, ada hamba Tuhan yang mendikte Tuhan, tidak seperti dirinya yang tidak mendikte Tuhan, tapi memohon.
Seperti sedang mencari muka di hadapan Tuhan.
Lihat juga: Tukang Uninstall di Uninstall
“Wahai yang Maha Memiliki,
Hamba bermunajat sepenuh hati karena Iman, karena ikhlas dan karena ingin mendapat kemurahan hati-Mu,
Ampunkan kami ya rabb, jika ada yang mengatasnamakan munajat untuk mendikte-Mu bahkan mengancam-Mu”
Isi doanya adalah kebalikan doa bunda Neno.
Irma minta agar kubunya Neno jangan sampai menang mengalahkan kubunya Irma. Hadeeh….
“Wahai dzat yang membolak balik kan hati (Ya muqollibal quluubi ) beri mereka yang mengancam-Mu hidayah, beri mereka ilmu dan balik kan hati mereka se-bersih bayi.
Agar mereka berhenti menebar
Benci dan kotor hati.
Ya Al Wadud ..
Jangan Engkau biarkan pemimpin yang sholeh dan yang bersama dengan Ma'ruf didzolimi oleh manusia manusia yang kufur nikmat,
Manusia manusia yang menebar kebencian dan pemutus silaturahim sesama umat hanya karena beda pilihan.
Ya Malik...
Hanya Engkau ber "HAK" atas semua yg Engkau ciptakan
Dan tidak boleh ada satupun yang mengambil HAK-Mu atas keputusan-Mu.
Dia yang pandai memimpin sholat dan Beliau yang Bertauziah untuk umat, beri kami rezeki-Mu ya Rabb.”
Tapi dibandingkan dengan Romi yang cuma protes pada orang yang berdoa, masih mending Irma Chaniago yang berani berdoa sendiri.
Pernyataan Luhut atas Doa Bunda Neno
Luhut juga belum meralat kritiknya pada doa bunda Neno yang oleh Luhut disebut sabagai Neno bukan berdoa tapi mengancam Tuhan.
Ambil jalan tengah antara Irma dan luhut.
Antara mendikte Tuhan dan mengancam Tuhan, yaitu memaksa Tuhan.
Baiklah silakan Irma dan Luhut perhatikan penggalan doa yang kerap dibaca setelah sholat dhuha ini.
“Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah"
"Apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah"
"Apabila sukar mudahkanlah"
"Apabila haram sucikanlah"
"Apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuhaMu, kekuasaanMu”
Lihat juga: Mana Jalan Tolmu? Ini Jalan Tolku!
Bagaimana Pak Luhut? Bagaimana Bu Irma?
Doa ini memohon kepada Tuhan atau mendikte Tuhan, atau memaksa Tuhan?
Bagaimana mestinya berdoa yang baik itu, wahai Luhut dan Irma?
Admin:
Artikel ini diambil dari status facebook Babeh Balya Nur, dan diterbitkan di Opini Awambicara atas persetujuan dari yang bersangkutan.
TENTANG KAMI : Situs yang didedikasikan sebagai tempat untuk belajar Soal CPNS, Psikotes dan Blogging. Informasi terkini tentang Drakor terbaru, Loker, Lifestyle dan Teknologi. Terus ikuti kami untuk update artikel terbaru, atau ikuti kami di Facebook dan Twitter.
Posting Komentar untuk "Polemik Doa Bunda Neno - Bukan Doa Perang Tapi Perang Doa oleh Balya Nur"